Perkembangan lanjut Kritikan_sastera

Di alam bahasa Inggeris

Di England sampai abad ke-15 pada zaman pemerintahan Ratu Elizabeth, istilah kritikan sastera sama sekali belum dikenal.[1] Francis Bacon dengan bukunya Advancement of Learning adalah orang pertama yang kemungkinan besar melopori konsep pengulasan teliti kepada pembacaan sastera Inggeris pada tahun 1605.[1] Tahun 1607 Ben Johnson menggunakan ungkapan "kritikus terpelajar dan berhati besar", yang tugasnya secara jujur menentukan nilai karya sastera dan pengarangnya.[1] Akan tetapi sampai tahun 1670-an belum muncul banyak kritikus-kritikus di Inggris.[1]

Pada abad-17 istilah critic dipakai untuk menunjuk kritikus sastera mahupun kritikan itu sendiri.[1] Kemudian muncul Samuel Johnson yang menggunakan istilah critick untuk kritikus dan critic untuk kritikan sastera, yang kemudian menjadi criticism.[1] Awal abad-18 menjadi saat meluasnya criticism atau kritikan sastera.[1] Era ini ditandai dengan kemunculan buku-buku seperti "The Grounds of Criticm Poetry", "Essay on Criticism" juga "The Art of Criticism".[1]

Di Alam Melayu / Nusantara

Di IndonesiaFail:Hb jassin.jpgH.B. Jassin, pelopor kritikan sastera di Indonesia

Kritik sastera, dari segi pengertian dan istilah bukan merupakan tradisi asli masyarakat Indonesia.[1] Istilah dan pengertian kritikan sastera baru muncul ketika para sasterawan di Hindia Belanda mendapat pendidikan dengan sistem Eropah dibawa pihak Belanda pada awal abad ke-20.[1] Sebelum itu, penilaian karya-karya sastera dalam bahasa daerah didasarkan pada kepercayaan, agama, dan mistik.[1] Kapan pertama kali kritikan sastera dipergunakan di Indonesia tidak dapat diketahui dengan pasti.[1] Namun, kritikan sastera mulai mendapat perhatian di Indonesia setelah terbitnya kumpulan karangan "Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay" karya H.B. Jassin.[1]

Ada beberapa istilah kritikan sastera yang muncul di Indonesia dalam perkembangannya, yaitu kritikan sastera impresionistis, akademis, dan sekretaris.[8] Ketiga istilah tersebut muncul sebelum perang hingga tahun 1950-an.[8] Kritik sastera impresionistis tidak didasari pengetahuan ilmiah dan hadir sebagai pengetahuan elementer untuk pengajaran di sekolah menengah.[8] Barulah muncul kritikan sastera akademis pada tahun 1950-an yang dimulai oleh para kritikus kompeten secara ilmiah dari Universitas Indonesia.[8] Pada tahun 1960-an muncul aliran kritikan baru yang dipelopori oleh kalangan seniman dan pengarang sendiri.[8] Aliran ini memnggunakan pendekatan bercirikan pandangan yang sangat subjektif menurut kritikan dari pengarang sendiri.[8] Hal ini berbeda dengan aliran sebelumnya yang menggunakan pendekatan akademis yang kritis analitis mahupun strukturalis.[8] Aliran baru ini menggunakan pendekatan yang disebut Ganzeith-approach.[8] Seiring perkembangannya beberapa aliran kritikan ini menuai banyak perdebatan mengenai kelebihan dan kekurangan yang sulit menemukan penyelesaian.[8] Setiap aliran memiliki ciri khas masing-masing untuk melakukan pendekatan.[8]

Di Malaysia
Bahagian ini kosong.
Anda boleh bantu dengan menambah isi bahagian ini. (September 2019)